MAGELANG, KOMPAS.com — Aktivitas Gunung Merapi di
perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan DIY yang sempat meningkat pagi tadi
tidak menghambat aktivitas warga sekitar lereng Merapi. Sebagian besar
warga tetap berkegiatan seperti biasa, baik di dalam maupun di luar
rumah.
Ahmad Muslim, warga Desa Pondoh, Kecamatan Srumbung,
Kabupaten Magelang, mengaku tidak takut dengan aktivitas Merapi seperti
yang terjadi pagi itu. Sebab, bagi dirinya dan warga lainnya, aktivitas
Merapi tersebut merupakan hal yang biasa terjadi.
Muslim
berujar, sejak semalam memang sudah terdengar suara gemuruh dari arah
puncak Merapi. Kemudian sekira pukul 05.00 WIB terdengar suara dentuman
yang cukup keras disertai munculnya asap hitam yang membubung tinggi.
"Kami
tidak takut karena aktivitas Merapi seperti ini rutin, bukan hal aneh
bagi kami," ujar Muslim. Cuaca memang sempat mendung pagi itu, tetapi
berangsur-angsur cerah menjelang siang.
Dampak hujan abu juga
tidak terjadi di wilayah tersebut. Begitu juga di kawasan Kabupaten
Magelang lainnya. "Namun, kami tetap waspada dan bersiaga sesuai dengan
arahan pemerintah," kata Muslim yang tinggal di 12,5 kilometer dari
puncak Merapi itu.
Seperti diketahui, Gunung Merapi dilaporkan
mengeluarkan asap tebal disertai abu vulkanik hingga ketinggian 2.000
meter, Senin (18/11/2013) sekitar 04.50-06.00 WIB. Letusan ini dipicu
oleh gempa tektonik lokal di bawah tubuh Gunung Merapi meskipun
sebelumnya tidak ada peningkatan aktivitas gunung api teraktif di dunia
itu.
Akibat embusan itu, terjadi hujan pasir dan abu cukup tebal
di wilayah Kabupaten Boyolali. Hujan Abu juga dilaporkan sampai di
Kartosuro dan barat Kota Solo. Hal itu karena arah angin menuju timur
dan tenggara. Kendati demikian, status Merapi masih normal aktif (level
I) dan aktivitas gunung pulih kembali.